Rabu, 11 Desember 2013

Horor Dodol (FIL)



Horor Dodol

                 “hallo pa, ada apa?” jawab zalfa setelah mengangkat telfon dari ayahnya
                “enggak, ayah Cuma mau bilang kalo hari ini papa dan mama bakal balik ke Jakarta” jelas papa zalfa di seberang sana
                “oh gitu, gimana liburannya?” tanya zalfa sambil menyantap sarapannya
                “Seru kok hehe” jawab papa zalfa berbohong, karna sebenarnya orang tua zalfa keluar negeri itu bukan untuk berlibur tapi untuk berobat karena mama zalfa memiliki penyakit kanker payudara, dan mereka sepakat untuk tidak memberi tau zalfa dan gilang.
                “ok. kira kira nyampe sini jam berapa?”
                “mungkin jam 10 atau 11pagi”
                “yahh, zalfa masih di sekolah kalo gitu. Dirumah Cuma ada bibi” kata zalfa sedih
                “oh, si bibi udah balik?”
                “Udah, baru kemaren sore”
                “Yaudah gak apa apa. Kamu gak sekolah?”
                “Ini lagi sarapan, sekarang juga mau berangkat”
                “Gilang mana?”
                “Dia udah di luar pa, lagi manasin mobil”
                “oh yaudah deh, kamu berangkat sana. Hati hati ya”
                “Iya pa” jawab zalfa yang langsung menutup telfonnya

                “Lama banget sih lo, udah jam berapa nih?” kata gilang memarahi adiknya sambil menunjuk kearah jam tangan yang ia pakai.
                “sabar kenapa sih? Itu tadi papa nelfon”
                “nelfon ngapain?”
                “Ngasih tau kalo hari ini papa sama mama mau balik kesini”
                “Oh gitu, yaudah deh kita berangkat”

                Hari ini berjalan seperti biasa, normal. Berangkat sekolah, belajar, istirahat, ke kantin, pulang. Tapi ada satu hal yang membuat zalfa senang, karena nanti saat dia sampai rumah ia akan bertemu dengan orang tua nya yang sudah hampir 2 minggu di luar negeri.

                “Papaa! Mama! Miss you” kata zalfa saat zalfa dan gilang masuk ke rumahnya dan disambut oleh kedua orang tua nya
                “eh anak mama yang ganteng dan cantik sudah datang, gimana sekolahnya?” tanya mama zalfa yang terlihat sangat merindukan anak anaknya
                “Biasa aja ma, di sekolah masih aja belajar” jawab gilang
                “Ya iyalahh memangnya di sekolah tempat buat ngapain? Ada ada aja kamu” kata ayah pada gilang sambil tertawa kecil
                “Apa kabar ma? Kangen deh sama mama papa” kata zalfa sambil memeluk kedua orang tuanya
                “Ngobrolnya nanti aja deh, kalian ganti baju dulu. Bau tuh” kata mama
                “ahh mama, yaudah dehh” jawab zalfa sembari meninggalkan kedua orang tuanya ke kamar
                “mama udah makan?” tanya zalfa setelah selesai mengganti baju nya
                “Udah kok tadi, kamu aja yang makan siang dulu”
                “Nanti aja deh ma, oiya nanti vio mau kesini”
                “mau ngapain emangnya?”
                “gak apa, Cuma mau nonton film hantu aja kok ma”
                “Ah kamu ini udah penakut masih aja nonton film hantu” kata mama zalfa heran
                “he he, gapapa lah ma sekali sekali” jawab zalfa cengar cengir
               
                                                                                                   0                     
Rumah zalfa bukan rumah angker. Berlantai dua, terletak di perumahan ramai. Tapi karena zalfa milih kamar di lantai atas, kadang zalfa suka merasa parno (paranoid). Ada 3 kamar di lantai bawah, satu jadi kamar orangtua zalfa, satu jadi kamar gilang dan satu lagi jadi kamar tamu.
Zalfa milih kamar di lantai atas karena bisa punya privasi lebih. Cuma kamarnya satu-satunya di lantai atas, depan kamarnya ada ruang komputer, di sampingnya ruang nonton teve. Awalnya sih baik-baik aja tidur sendirian di lantai atas. Tapi kadang zalfa parno juga tidur di kamarnya itu. akhir akhir ini zalfa mendadak bangun tengah malam karena rasanya kayak ada sosok yang menekan dadanya sampai sesak napas. zalfa berusaha bisa bernapas. Berulang-ulang mengucap istigfar. Tapi susah banget. Kalimat itu nggak bisa selesai diucapkan, seolah seperti tersangkut ditenggorokkan. Setelah berhasil istigfar, barulah zalfa bisa napas lagi. Dinyalakannya lampu dan buru-buru lari ke lantai bawah. Zalfa pindah tidur di depan teve di ruang keluarga dengan lampu yang menyala. Kejadian itu beberapa kali dialami zalfa.

            “Nggak yakin juga deh, sebenarnya itu cuma mimpi atau di kamarku memang benar ada mahluk gaibnya? Hiiyyy!!” kata zalfa ketakutan
             Biasanya setelah sehari dua hari tidur malamnya terganggu kejadian kayak gitu, dalam beberapa hari zalfa nggak berani tidur di kamarnya sendiri. “Mendingan tidur di depan teve ruang keluarga aja deh, rasanya yakin lebih aman. Di sekeliling ruang keluarga ada kamar kakaknya gilang. Jadi andai ada apa-apa, aku tinggal teriak dan menggedor kamarnya.” pikirnya

Makin parno deh kalau sebelum tidur zalfa nonton film horor. Padahal film horor-nya nggak seram-seram amat dan ditayangkan di stasiun teve nasional, jadinya banyak didiskon adegan sadis seremnya. Tetap aja selesai nonton film horror, zalfa takut tidur di kamarnya tanpa nyalain lampu.


                “hai vii, silahkan masuk” kata zalfa mempersilahkan vio masuk
                “hai juga zalf, jadikan nonton nya?” tanya vio yang sudah ada di dalam rumah zalfa
                “Jadi dong, lo bawa kan kasetnya?
                “Bawa kok, tapi serius lo gak akan ketakutan?
                “hmm, semoga enggak deh. He he”
                “Ehh, hai tante. Kapan dateng?” tanya vio saat bertemu dengan mama zalfa
                “ehh, vio. Baru tadi pagi vii, kamu apa kabar?” tanya mama zalfa ramah
                “Baik kok tan, tante sendiri gimana? Sehat?”
                “Sehat kok”
                “Yaudah tante, vio mau nonton sama zalfa boleh?”
                “Ohh, silahkan”
               
                Setelah vio sedikit berbincang bincang dengan ibu zalfa, zalfa dan vio pun langsung menuju ke ruang keluarga untuk menyetel kaset hantu yang di bawa oleh vio. Selama menonton film itu, mereka seringkali berteriak karena hantu yang nogol tida tiba begitu.
                “Udah yuk vii, gue takutt matiin aja” kata zalfa yang memegang bantal untuk menutup wajahnya
                “Tuh kan lo takut, yaudah dehh. Eh, ngomong ngomong jam berapa nih??” tanya vio
                “Jam 4 sore, kenapa?”
                “HAH? Jam 4? Gue ada les jam setengah 5, gue pulang ya zalf tolong pamitin ke orang tua mu, sori y ague buru buru nihh. BYE zalfaa” teriak vio yang langsung berlari keluar
                “OK”

Malam itu, abis nonton film horror bareng vio tadi, zalfa tetap ingin tidur di kamarnya. Karena ia masih terbayang bayang akan film tadi, jadi ia nyalain lampu dikamarnya itu. Tapi lampu neon di kamarnya terang banget, silau, bikin susah merem. Nekat ia matikan aja lampu itu. Berharap dengan keadaan kamar yang gelap bisa tidur nyenyak. Buru-buru zalfa nutup mata, takut mendadak ada yang seram-seram nongol di depannya  seperti dalam film yang barusan ia tonton.

Selama beberapa detik suasana masih damai. Nggak lama zalfa merasa ada angin bertiup lembut di kuping kanan. Posisi tidur favoritnya miring ke kanan sambil memeluk guling. Otomatis kupingnya bebas terbuka. “Nah….kenapa ya rasanya ada yang meniup kupingku??”kata zalfa yang mendadak merinding disko. Dicarinya selimut dengan kakinya, lalu ia tarik selimut itu sampai menutupi seluruh kepala,  lalu memejamkan mata.

Huft!! Kirain udah aman, ternyata…

Syuuut….mendadak zalfa merasa ada yang mengelus-ngelus punggungnya. Bulu kuduk zalfa makin tegak berdiri. “Hiiiyyy…ada mahluk apa nih di belakangku?” pikir zalfa yang mulai berkhayal yang enggak-enggak. Terbayang adegan seram dalam film horor yang tadi ditontonnya. Buru-buru ia loncat bangun dari tempat tidur. Langsung lari ke pintu dan menekan saklar lampu. Setelah terang, zalfa nengok ke kanan kiri, menatap ragu ke arah pojokan tempat tidur yang tadi ia punggungi.” Nggak ada apa-apa!! Apa dong tadi  yang ngelus-ngelus punggungku? Atau cuma perasaanku aja ada yang ngelus-ngelus?” kata zalfa yang masih sangat ketakutan

Walau jelas nggak ada apa-apa di kamar itu, malam itu zalfa nggak minat tidur di kamar itu lagi. Setengah berlari ia turun dan tidur di depan teve lagi dengan lampu menyala. Suara langkah kakinya di tangga kayu yang terburu-buru menciptakan suara gedubrakan dan membuat papanya terbangun.

“Ada apa sih? Berisik banget?” tanya papa zalfa dengan muka masih kusut.
“Di kamarku ada setan,” jawab zalfa seenaknya sambil menggelar kasur palembang di depan teve.
“Setan apa? Pasti kamu mimpi lagi. Makanya, kalo penakut jangan suka nonton film horor,” sahut papa zalfa.


                Malam berikutnya, ternyata horor masih berlanjut. Sekali saja merasakan teror di kamarnya sendiri, biasanya butuh waktu seminggu bisa normal nggak takut lagi. Zalfa masih nggak berani matiin lampu saat tidur. Lampu dibiarkan menyala. Ia selimuti seluruh badan sampai kepala. Beberapa jam pertama, zalfa masih tidur dengan nyaman. Tapi pertengahan malam, mulai dehh mimpi seram lagi.

                Kayaknya serasa beneran dikejar sosok serba hitam. Zalfa memaksa buka mata, dan kaget bukan main kayak ada mahluk serba hitam di atas tubuhnya sedang mencekik lehernya. Zalfa susah napas.

                “As…Astg…Astag…” ucap zalfa susah payah.
Kalimat yang ingin diucapkan zalfa itu seperti tertahan di pangkal tenggorokan. Berkali-kali ia mengulang menyebutkannya.
                “Astag…astagfr…Astagfirullah!!” ucap zalfa sekuat tenaga.

                Begitu kalimat itu terucap, tenggorokkan zalfa terasa longgar dan ia bisa napas lagi.  “Huft!! Lega banget deh rasanya” kata zalfa yang Reflek loncat bangun dari tempat tidur. Matanya melotot melihat sekeliling kamar. “Nggak ada apa-apa. Untunglah nggak ada apa-apa. Kalau sampai lihat yang aneh-aneh, wadaww!! bisa pingsan deh.” ujarnya
Segera zalfa turun ke ruang keluarga dan tidur di depan teve lagi dengan lampu nyala.

“Kamu ngapain sih, tiap malem tidur di sini? Lampu nggak dimatiin, boros listrik kan…” tegur papanya sambil menggoyang-goyang tubuh zalfa yang masih asyik ngorok dengan suara syahdu.

Mata zalfa masih riyep-riyep sudah diberondong pertanyaan, bikin ngos-ngosan tapi terpaksa menyahut,

                “Di kamar ada setan gede hitam,” jawab zalfa.
                “Ah, kamu kebiasaan deh, kalo mimpi aneh-aneh. Di rumah ini mana ada setan?’ bantah papa.
                “Ya papa, siapa yang mau mimpi aneh. Nggak tau juga sih setan atau bukan. Tapi beneran, pah,  semalem leher rasanya kayak dicekik mahluk besar hitam jelek,” kata zalfa.
              “Itu pasti mimpi!” ujar ayah yakin.
                “Kalo cuma mimpi, kok beneran nggak bisa napas, yah?”
                “Memangnya kamu lihat setan apa? Kuntilanak atau genderuwo?”
                “Hiiiy, ayah bikin makin takut aja. Nggak tau, nggak jelas. Pokoknya warnanya hitam.”
                “Itu namanya kamu ketindihan. Itu sih bukan setan. Itu karena sebelum tidur kamu nggak baca doa.”
“Ih, papa…siapa yang nggak baca doa? Udah baca doa kok. Ketindihan itu apa sih? Memang rasanya aku ditindih mahluk hitam itu sampai nggak bisa napas.”

                “Gugling aja gih di internet. Masa anak zaman sekarang nggak ngerti ketindihan. Makanya kamu kalo tidur posisinya yang bener. Baca doa dulu. Cuci kaki dan tangan sampai bersih. Wudhu dulu kalo perlu. Nggak ada setan di rumah ini. Kamu kayak anak kecil aja takut sama setan. Apa kamu mau tukeran kamar tidurnya sama kakakmu?”

Zalfa menggeleng kuat-kuat.

                “Nggak ah, nggak mau tukeran kamar. Biar gimana tetep paling enak kamar di lantai atas,” jawab zalfa.

Walau terkadang diganggu mimpi aneh, tapi zalfa nggak berniat pindah kamar. Kamarnya itu kamar yang paling enak. Jauh dari keramaian. Jika memang yang sering mengganggu tidurnya itu bukan setan, Alhamdulillah. Berarti kamarnya aman. Mungkin memang benar zalfa hanya bermimpi saja.

Tapi mimpi seram disertai sesak napas keseringan seperti itu, bikin capek juga. zalfa ikuti saran ayahnya. Wudhu sebelum tidur dan banyak-banyak baca doa. Malam selanjutnya zalfa kembali bisa tidur dengan tenang, nggak lagi diganggu dengan peristiwa “ketindihan” itu. Walau tetap saja setiap selesai nonton film horor nggak berani tidur dengan lampu mati.

Malam-malam zalfa mulai terasa damai. Sampai pada suatu malam, zalfa harus di rumah sendirian! Waduh, selama ini zalfa nggak pernah ngerasain home alone. Ketar-ketir juga harus sendirian di rumah malam-malam. Teringat lagi mahluk besar hitam yang sering muncul dalam mimpi disertai susah nafas itu.
Ketika itu malam minggu. Pas kebetulan banget malam itu gilang ada acara di luar kota bersama teman-temanya. Mama zalfa mendadak nggak enak badan, panasnya tinggi. Menjelang sore, papanya mengantar mamanya ke rumah sakit. zalfa sendiri menjaga rumah. Agak malam, papanya menelpon mengabarkan mamanya harus dirawat karena mendadak sesak napas dan jantungnya terasa sedikit ngilu.

“papa nginep rumah sakit nemenin mama,” kata ayah.
“Aku sendirian di rumah dong?” tanya zalfa agak panik.
“Ya iyalah. Kamu jaga rumah. Kamu udah gede, udah SMA masa takut tidur sendirian di rumah,” jawab ayah kalem.  

Glekk! Zalfa menelan ludah. Cilaka, ia bakal sendirian malam itu di rumah. Jelas, zalfa nggak mau tidur di kamarnya sendiri. Zalfa menggelar kasur di ruang nonton teve, berniat tidur di situ. Tapi tidur di lantai, seringkali nggak bisa nyenyak. Lantas ia berinisiatif pindah tidur ke kamar ayah dan ibu. Ia harap kamar ayah dan ibu lebih aman dari mimpi-mimpi seram dibanding kamarnya yang jauh di lantai atas. Dibiarkannya lampu nyala. Rasanya selama beberapa menit zalfa mulai tertidur dengan tenang. Sampai kemudian…

“Ceklek!!”

Sebuah suara membangunkannya. Mata zalfa membuka cepat. Langsung menatap ke arah pintu kamar mama papa. “Nggak ada apa-apa yang terjadi. Tadi suara apa ya? Kok kayak suara gagang pintu mau dibuka?” tanya zalfa pada dirinya sendiri sambil Matanya masih nggak berkedip menatap ke arah gagang pintu kamar.

      “Halah! Parno banget nih. Cuma perasaan gue kali ah.” Zalfa berusaha menghibur diri lalu kembali memejamkan mata.

“Ceklek! Ceklek!!”

Jreng!! Mata zalfa sontak terbuka lagi, lalu menatap nanar ke arah gagang pintu kamar. Masih nggak ada apa-apa. “Aduh, sumpah, tadi jelas kudengar suara gagang pintu ceklak-ceklek lebih kencang dari sebelumnya” kata zalfa panik. Tapi setelah beberapa menit gagang pintu itu zalfa pelototin tetap aja nggak terjadi apa-apa.

“Ceklek!!”

Dug! Dag! Dug! Jantung zalfa berdebar kencang banget. Ampun!! Kali ini zalfa beneran melihat gagang pintu kamar itu bergerak!! Mendadak ia jjadi panas dingin. Sampai ia nggak berani napas saking takutnya.

“Ceklek! Ceklek!”

Gagang pintu itu bergerak semakin kencang, jelas ada yang berusaha membukanya dari balik pintu. Ampun Tuhan! Zalfa mengucek-ucek mata. “Benar, aku nggak salah liat. Gagang pintu itu memang benar goyang-goyang sendiri!! Hiiiy, siapa yang gerakin? Siapa yang mau masuk kamar ini? Mahluk hitam yang suka bikin sesak napas itukah?” ucap zalfa sambil mentup wajahnya dengan bantal

Zalfa meringkuk di pojok tempat tidur sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut ibu yang tebal. zalfa segera komat-kamit mengucapkan doa. Tapi dalam keadaan kritis seperti itu, yang ia ingat cuma surat Al Fatehah. Maka, surat itulah yang dibaca berulang-ulang. Zalfa masih berharap ini cuma mimpi. Apa lagi penjelasan yang masuk akal dari gagang pintu yang bisa bergerak-gerak sendiri?

          “ma, aneh nih, pintunya nggak bisa dibuka. Padahal tadi kayaknya nggak papa kunci.”
Zalfa terkejut mendengar suara dari balik pintu itu. Segera ia menegakkan kepala. Itu kan suara papa?

           “Beneran papa apa bukan ya? Atau setan yang niru-niru suara papa?” ucap zalfa sambil Perlahan bangun dan berjingkat-jingkat menghampiri pintu, menempelkan kupingnya ke pintu dengan harapan bisa mendengar suara di baliknya lebih jelas.

          “mama juga nggak ngunci pintu ini kok.” Itu suara mama.
          “Coba bangunin anak kita, yah.. Jangan-jangan dia nih yang ngunci pintu kamar kita.” suara mama lagi.

          “Ah, aku yakin itu memang suara mama dan papa ku,” pikir zalfa dan segera ia menggerakkan kunci dan membuka pintu itu.

          “Loh? Kamu di dalam kamar ini toh?” tanya papa dengan wajah sangat terkejut.

Wajah zalfa nggak kalah terkejutnya. Zalfa mengucek-ngucek lagi matanya, masih kurang yakin kalau yang ada di hadapannya itu benar-benar orang tuanya.

          “Ini beneran mama dan papa yaa???” tanya zalfa ragu.
          “Ya iyalah! Memangnya kamu kira siapa? Cuci muka dulu sana! Supaya nggak siwer pandangannya,” sahut papa.
           "Loh, papa mama kok pulang? Katanya tadi mama dirawat?” tanya zalfa lagi.
           “Mama nggak jadi dirawat. Panasnya udah mulai turun. Detak jantungnya juga udah mulai normal. Tapi papa diingetin dokter nggak boleh ngerokok lagi.” jawab ayah.

Mama yang terlihat lelah nggak menyahut, langsung saja masuk kamar dan berbaring di tempat tidur.

           “Kamu tidur di sini tadi? Takut ya tidur di kamar kamu sendirian?” tanya papa dengan nada suara setengah meledek.
           “Bukannya takut, pa. Kalo tidur di kamar papa kan bisa denger suara-suara mencurigakan di depan rumah. Siapa tau aja ada orang yang niat maling. Kalo di kamarku kan nggak kedengeran suara-suara di lantai bawah.”
         “ah, ngeles aja kamu. Udah tidur sana!” kata papa yang langsung masuk kekamarnya dan mengunci pintu
Semenjak kejadian itu zalfa tidak mau lagi menonton film film yang berbau horror, zalfa sudah terlanjur trauma.

What do u think about my post?